Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un -Telah Wafat KH Sahal Mahfuzh Kajen Pati Jawa Tengah (Rois 'Aam PBNU dan Ketua Umum MUI- lahul fatihah

Senin, 20 Desember 2010

JALAN LURUS BUKAN HANYA JALAN PARA NABI

Setiap hari kaum muslimin memohon ditunjukkan ke jalan yang lurus, paling tidak 17 kali. Setiap raka'at shalat akan dibaca "ihdinas sirotol mustaqim".

Mengapa jalan lurus selalu diminta ? Apa jalan lurus itu ?

Jalan lurus adalah jalan orang-orang yang mendapat nikmat dari Allah, bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat. Dalam Al-Fatihah diungkapkan, "Sirotollazina an'amta 'alaihim goiril magdubi 'alaihim walad dollin".

Lalu siapa orang yang memperoleh nikmat Allah itu ?

Surat An-Nisa ayat 69 menjelaskan bahwa yang memperoleh nikmat Allah adalah :
  • Para nabi
  • Para siddiq
  • Para syuhada
  • Para solih
Bila penjelasan di surat an-nisa ini dipadukan dengan surat al-fatihah, maka ditemukan bahwa jalan yang lurus (assirot almustaqim) adalah jalannya empat kelompok tersebut.

Fenomena yang muncul adalah ternyata Allah tidak mencukupkan hanya mengungkapkan jalannya para nabi sebagai satu-satunya jalan yang lurus. Allah melanjutkan dengan mengesahkan jalan lain yang juga termasuk jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang siddiq, syuhada dan solih.

Dalam makna ini, kita menemukan isyarat bahwa ada yang tidak dilakukan para nabi, namun diterima oleh Allah sebagai bagian dari jalan yang lurus. Apa itu ? Yaitu pendapat dan amal orang-orang siddiq, syuhada dan solih.

Bila jalan mereka termasuk jalan yang lurus, maka sah untuk mengikuti mereka dalam beragama mencari rido Allah SWT, seperti mengikuti jalan para Nabi.

Selain itu, dalam pengungkapan kata siddiq, syuhada dan solih, Allah SWT menggunakan kalimat jama'. Jama' berarti menunjukkan banyak, yaitu tiga atau lebih dari tiga.

Kalimat jama' tersebut memberikan isyarat bahwa ada banyak jalan yang sama-sama diterima dan diridoi oleh Allah SWT. Artinya, berbeda pendapat dan amal dibenarkan dan dimungkinkan perbedaan itu tetap sama-sama berada dalam jalan yang lurus.

Dalam makna ini, kita menemukan dalil yang membenarkan adanya mazhab dan perbedaannya. Mengapa mengikuti mazhab syafi'i ? Karena imam syafi'i termasuk di antara orang-orang siddiq, syuhada dan solih. Seperti itu pula mengapa mengiktui mazhab hanafi, hambali maupun maliki.

Demikian pula, dalil tersebut membenarkan adanya berbagai toriqoh yang boleh diikuti. Mengapa mengikuti toriqoh qodiriyyah ? Karena Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani termasuk di antara para siddiq, syuhada dan solih. Demikian pula dengan toriqoh-toriqoh yang lain.


1 komentar:

Anonim mengatakan...

assalamualaikum



Jalan keselamatan boleh berbilang namun kebenaran tetap hanya satu. Karena setiap jalan keselamatan adalah bagian dari kebenaran yang satu. Sehingga sebuah jalan tidak dihukumi sebagai jalan keselamatan kecuali bila nilai kebenaran menjadi muatannya.

Jika terjadi perselisihan dan pertikaian mengenai sebuah jalan keselamatan maka kebenaran itu tetap berjumlah satu. Kebenaran berada pada salah satu pendapat yang dipegang oleh salah satu
pihak. Tentunya tolak ukur kebenaran itu adalah Al Qur`an dan As Sunnah dengan pemahaman Salaf.

dalilnya

“Kebenaran itu adalah dari Rabbmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu
termasuk orang-orang yang ragu.”
(Al-Baqarah: 147)

“Dan barang siapa menentang Rasul
sesudah jelas baginya petunjuk, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin (shahabat g), Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (An-Nisa`: 115)


“Maka tidak ada sesudah kebenaran itu melainkan kesesatan.” (Yunus:32)


Hadits shahih diriwayatkan oleh
Ahmad I/435, dan yang lainnya

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam membuat sebuah garis lurus
bagi kami, lalu bersabda,”Ini adalah
jalan Allah,” kemudian beliau
membuat garis lain pada sisi kiri dan
kanan garis tersebut, lalu
bersabda,”Ini adalah jalan-jalan (yang
banyak). Pada setiap jalan ada syetan
yang mengajak kepada jalan itu,”
kemudian beliau membaca.


“Dan bahwa ini adalah jalan-Ku yang
lurus. Maka ikutilah dia dan
janganlah kalian mengikuti jalan-
jalan yang lain. Karena jalan-jalan
itu mencerai-beraikan kalian dari
jalan-Nya. Yang demikian itu Allah
wasiatkan pada kalian agar kalian
bertakwa.” (Al-An‘am: 153)

“Sesungguhnya Bani Israil telah
berpecah menjadi tujuh puluh dua
golongan dan akan berpecah umatku
menjadi tujuh puluh tiga golongan.
Mereka seluruhnya berada dalam api
neraka kecuali golongan yang satu.
Para shahabat bertanya: “Siapa
golongan itu, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab: “(Dia adalah
golongan yang memegang) ajaranku
dan (faham) shahabatku pada hari
ini.” (HR. At-Tirmidzi dan selainnya
dari ‘Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash c)