Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un -Telah Wafat KH Sahal Mahfuzh Kajen Pati Jawa Tengah (Rois 'Aam PBNU dan Ketua Umum MUI- lahul fatihah

Sabtu, 13 November 2010

RASULULLOH TIDAK MENGERJAKANNYA BUKANLAH DALIL

Itu bid'ah, karena Rosululloh s.a.w. tidak pernah mengerjakannya. Itu salah, karena Rosululloh s.a.w. tidak pernah melakukannya. Itu sesat, karena Rosululloh s.a.w. tidak pernah memperbuatnya.

Ungkapan-ungkapan seperti itu mungkin beberapa kali atau sering kita dengar. Tapi benarkah ungkapan seperti itu ? Atau jangan-jangan ungkapan itu salah ?

Kalimat-kalimat di atas adalah contoh penggunaan ungkapan "Rosululloh s.a.w. tidak pernah mengerjakannya" sebagai dalil untuk menunjukkan berbagai hal yang terlarang. Dengan demikian, ungkapan tersebut seakan menjadi dalil ijmali, yaitu dalil yang berlaku umum untuk segala hal. Ungkapan tersebut tidak diungkapkan sebagi dalil tafsili (dalil yang hanya berlaku secara spesifik untuk hal tertentu saja).

Ungkapan tersebut, biasa diperkuat dengan dalil "bahwa segala sesuatu yang tidak Rosululloh s.a.w. perbuat adalah bid'ah, dan setiap bid'ah ada;ah sesat dan setiap yang sesat masuk neraka"

Benarkah demikian ?

Mari kita periksa.

Pertama dalam Al-Quran

Yang akan kita temukan dalam Al-Quran adalah "apa yang Rosululloh berikan pada kalian ambillah dan apa yang Rosululloh larang tinggalkanlah (Q.S. Al-Hasyr (59) : 7)".

Ternyata ayat Al-Quran memerintahkan meninggalkan apa yang Rosululloh s.a.w. larang, bukan yang Rosululloh s.a.w. tidak perbuat.

Kedua dalam As-Sunnah

Yang akan kita temukan dalam As-Sunnah adalah "Pertama mencari di kitabulloh. Bila tidak ada, maka langkah kedua adalah mencari pada sunnah Rosululloh. Bila pada sunnah Rosululloh s.a.w. tidak ada, maka langkah ketiga berijtihad"

As-Sunnah adalah segala ucapan, perbuatan dan sikap diam Rosululloh s.a.w. Rosululloh s.a.w. tidak mengerjakan sesuatu tidak termasuk dalam As-Sunnah.

Dan ditemukan bahwa yang tidak ada dalam As-Sunnah bukan sesat, terlarang atau bid'ah, tapi diputuskan melalui ijtihad.

Ketiga melihat kenyataan hidup

Akan kita temukan kenyataan hidup bahwa banyak hal dalam kehidupan kita yang tidak dilakukan oleh Rosululloh s.a.w. Di antara yang tidak dilakukan oleh Rosululloh s.a.w. adalah makan nasi, zakat profesi, naik mobil dan membangun menara masjid.

Bila "tidak dilakukan Rosululloh s.a.w. berarti sesat atau bid'ah atau salah" adalah dalil ijmali (berlaku umum pada berbagai hal), maka makan nasi, zakat profesi, naik mobil dan membangun menara masjid adalah sesat, bid'ah dan salah karena tidak dilakukan oleh Rosululloh s.a.w. Benarkah makan nasi haram ?

Bayangkan berapa banyak hal lain yang juga tidak dilakukan oleh Rosululloh s.a.w.

Keempat melihat kaidah usul dan kaidah fiqh

Kita akan temukan bahwa tidak melakukan sesuatu (at-tarku) tidak lah menunjukkan haram (at-tarku la yadullu 'alat tahrim), bahkan at-tarku tidaklah dipandang sebagai dalil (at-tarku laisa bidalilin).

Yang akan kita temukan sebagai petunjuk atau dalil haram adalah larangan (an-nahyu yadullu 'alat tahrim atau Al-aslu fin nahyi at-tahrim).

Dengan keempat sudut pandang tersebut, tidak ada satu pun yang mendukung bahwa "Rosululloh s.a.w. tidak melakukannya" sebagai dalil yang menunjukkan itu haram, sesat atau bid'ah". Bahkan tidak ada yang mendukung bahwa Rosululloh s.a.w. tidak melakukannya adalah sebuah dalil untuk menentukan hukum.

Dengan demikian, mengatakan sesuatu itu haram, sesat atau bid'ah dengan dalil (alasan) bahwa Rosululloh s.a.w. tidak mengerjakannya adalah tidak benar dan tidak memiliki landasan dalam agama.

hmmm....mari kita terus belajar dan merenung...

1 komentar:

Unknown mengatakan...

saurna aya bid'ah hasanah sareng bid'ah dholalah, eta kumaha kang...?

nyungkeun widi kanggo dibagikeun, hatur nuhun sateuacana...

blog na mantabh kang..heuheu..