Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un -Telah Wafat KH Sahal Mahfuzh Kajen Pati Jawa Tengah (Rois 'Aam PBNU dan Ketua Umum MUI- lahul fatihah

Minggu, 31 Juli 2011

TUDINGAN BID'AH YANG SEBENARNYA MENGABAIKAN HADITS NABI SAW.

Bid'ah ditakuti oleh semua kaum muslimin. Jelas pada hadits Rosulullah s.a.w. bahwa bid'ah itu ditolak, sesat dan pelakunya masuk neraka.

Karena beratnya bid'ah tersebut, maka perlulah amat berhati-hati saat menyatakan sesuatu itu bid'ah. Jangan-jangan bukan bid'ah, tapi kita belum paham sehingga menganggapnya bid'ah. Jangan-jangan saat kita katakan bid'ah, hal itu malah tanda kita berlebihan dalam beragama.

Mari kita lakukan studi kasus.

Di antara yang kita dengar adalah cap bid'ah yang dilekatkan oleh komunitas tertentu umat Islam terhadap shalat tarawih 20 raka'at dan adzan jum'at dua kali.

Benarkah itu bid'ah ?

Mari kita telusuri.

Katakanlah bila tarawih 20 raka'at dan adzan jum'at 2 kali adalah benar-benar bid'ah, maka para pelakunya disebut mubdtadi'ah atau ahli bid'ah. Para ahli bid'ah ini masuk diancam neraka dan mereka termasuk orang fasiq yang riwayatnya tidak dapat diterima sebagai sanad sohih.

Bila demikian, gara-gara fatwa shalat tarawih 20 raka'at dan adzan jum'at 2 kali itu bidah, akan kita temukan di antaranya dua masalah :

1. Para shahabat, tabi'in dan tabi'it tabi'in adalah ahli bid'ah, karena jelas sekali riwayat yang menyatakan bahwa beliau semua melakukan tarawih 20 roka'at dan adzan jum'at 2 kali. Dengan itu, beliau semua terancam sebagai ahli neraka.

2. Para sahabat, tabi'in dan tabi't tabi'in menjadi berstatus pendurhaka dan riwayatnya tidak diterima. Bila sanad sebuah hadits melewati beliau maka hadits itu menjadi dho'if.

Hal ini jelas akan membuat seluruh hadits menjadi dho'if. Bukankah tidak ada hadits yang tidak diriwayatkan melalui sahabat, tabi'in dan tabi'it tabi'in.

Dalam ilmu rijalul hadits gugurlah kaidah bahwa seluruh sahabat dipandang adil (terpercaya). Bukankah karena fatwa itu para sahabat menjadi termasuk ahli bid'ah, karena melaksanakan perbuatan bid'ah.

Gara-gara ini, maka bisa dikatakan seluruh ajaran islam dho'if karena diriwayatkan melalui para sahabat, tabi'in dan tabi'it tabi'in.

Hal tersebut jelas bertentangan dan mengabaikan hadits-hadits Rosulullah s.a.w. berkaitan dengan kedudukan para sahabat dan tabi'in serta tabi'it tabi'in.
Sahabat, tabi'in dan tabi'it tabi'in adalah tiga generasi awal umat Islam yang disebut salaf shalih yang berada pada jaminan Rosululloh s.a.w. Bahkan sebagian sahabat tersebut dijamin ahli surga.

Selain itu, hadits-hadits Rosulullah s.a.w. pun menunjukkan bahwa para sahabat adalah kelompok yang harus diikuti. Hal ini sangat logis, karena para sahabatlah orang-orang yang langsung belajar kepada Rosululloh s.a.w.

Dengan demikian, fatwa tarawih 20 raka'at dan adzan jum'at 2 kali adalah bid'ah merupakan fatwa yang secara tidak langsung sedangkan mengabaikan hadits-hadits Rosulullah. Secara tidak langsung, fatwa tersebut pun sedang menghancurkan sendi-sendi ke-Islaman.

Selain itu, fatwa tersebut telah mengabaikan logika bahwa para sahabat lebih tahu dari generasi selanjutnya, karena belajar langsung dari Rosulullah s.a.w.

Bila efek tidak langsung ini diingkari oleh para pemberi fatwa tersebut, maka nampaknya mereka tidak konsisten dalam berpikir dan berfatwa serta tidak komprehensif dalam memahami agama.

Ketidakkonsistenan dan ketidakkomprehensifan itu menempatkan mereka tidak dapat dijadikan rujukan, sehingga fatwa mereka pun tidak bisa dipegang. Bila demikian, maka fatwa bahwa tarawih 20 raka'at dan adzan jum'at 2 kali adalah bid'ah, tidak dapat dipegang dan tidak dapat dijadikan rujukan.

Hmmmmm.....gimana ya ????

Mari kita berpikir ulang !!!!!

Mari kita lebih kritis, lebih konsisten dan lebih komprehensif!!!!
Selengkapnya...

Kamis, 17 Maret 2011

AGAMA (DIN) VS BID'AH

Pemahaman tentang apa itu agama menjadi suatu yang penting untuk sebagai dasar untuk memahami tuntunan derivasi dalam agama. Pemahaman mengenai ruang lingkup tentang agama menjadikan ketentuan-ketentuan dalam agama menjadi jelas.

Dalam diskursus yang lebih banyak diamini saat ini, agama (din) adalah sistem yang merupakan ketentuan Allah yang mencakup segala aspek dalam kehidupan.

Pemahaman ini biasanya dihadapkan berlawanan dengan pemahaman pemisahan antara agama dengan masalah-masalah duniawi. Memisahkan agama dan dunia dipandang sebagai paham sekuler dan tidak benar.

Di bawah pemahaman ini ada masalah bid'ah. Bid'ah adalah sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rosululloh. Dalam hukumnya ada dua pendapat.

Pendapat pertama mengatakan bahwa semua yang tidak dilakukan oleh Rosulullah adalah sesat. Bila pendapat ini dikritik dengan mengatakan tentang tekhnologi dan lainnya, mereka menjawab bahwa bid'ah hanya dalam masalah agama bukan masalah dunia.

Jawaban itu bertemu dengan pemaknaan tentang agama. Bila agama dipandang mencakup segala aspek kehidupan, maka tekhnologi termasuk di dalam agama. Dengan demikian, menurut pemahaman ini inovasi tekhnologi yang tidak dilakukan Rosululloh termasuk sesat.

Bila kemudian tekhnologi dan masalah keduniaan lain dikeluarkan dari dalam makna agama dan memaknakan agama sebatas ritual, maka pendapat ini telah mengikuti paham sekuler yang memisahkan agama dan dunia.

Dengan demikian, paham yang mengatakan bahwa semua bid'ah dalam agama sesat dan memaknakan agama sebatas ritual, termasuk mereka yang mengikuti paham sekuler.

Pemahaman kedua mengatakan bahwa bid'ah ada yang sesat dan ada yang tidak. Yang sesat bukan semata tidak dilakukan oleh Rosululloh saw, tetapi yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Rosululloh saw. Sedangkan yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Rosululloh tidak sesat. Pemahaman ini mengenal ada bid'ah hasanah (baik) dan bid'ah sayyi'ah/qobihah (sesat).

Bila dikaitkan dengan pemahaman bahwa agama mencakup segala sesuatu, maka pemahaman kedua menempatkan apapun termasuk inovasi tekhnologi selama tidak bertentangan dengan prinsip ajaran Rosululloh saw sebagai bid'ah hasanah.

Pendapat ini tidak membuat pemisahan antara agama sebagai ritual dan dunia, sehingga tidak masuk ke pemahaman sekuler.

Bila demkian adanya, bagaimana ya...?

Demikian pula dengan masalah-masalah lain. Tinggal bagaimana mencermati dan memaknakannya.

wallohu a'lam

Selengkapnya...