Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un -Telah Wafat KH Sahal Mahfuzh Kajen Pati Jawa Tengah (Rois 'Aam PBNU dan Ketua Umum MUI- lahul fatihah

Senin, 05 Juli 2010

FENOMENA SISI LAIN ISRO MI'ROJ


Bila ditelaah, isro dan mi'roj menunjukkan sesuatu yang mungkin akan sangat mengagetkan, karena berbeda dengan citra pemahaman yang ada secara umum.

Di seluruh dunia, kaum muslimin meyakini peristiwa isro dan mi'roj Nabi Muhammad s.a.w. Kaum muslimin meyakini dalam isro dan mi'roj tersebut, Nabi Muhammad s.a.w. bertemu dengan para Nabi terdahulu, shalat bersama para Nabi terdahulu, mendapat do'a dari para nabi terdahulu dan menerima nasehat dari para Nabi terdahulu. Bahkan perintah shalat yang lima waktu pun merupakan hasil dari diterimanya oleh Nabi Muhammad s.a.w. masukan dari Nabi Musa a.s.

Kejadian tersebut setidaknya menunjukkan :

1. Dimungkinkan adanya pertemuan mereka yang telah meninggal dunia dengan yang masih hidup. Hal ini ditunjukkan dengan pertemuan Nabi Muhammad s.a.w. dengan para nabi terdahulu yang jelas telah meninggal dunia.

2. Ada kekecualian terhadap hadits "ketika anak Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal.....". Ternyata ada orang yang masih dapat beramal saat telah meninggal dunia. Hal ini ditunjukkan dengan shalatnya para Nabi yang terdahulu bersama Nabi Muhammad s.a.w. Bukankah shalat adalah amal ? Demikian pula do'a dan nasehat adalah amal.

3.D imungkinkan yang masih hidup bercakap-cakap, bahkan belajar dan mendapatkan nasehat dari yang telah meninggal dunia. hal ini ditunjukkan oleh dialog Nabi Muhammad s.a.w. dengan para Nabi terdahulu yang telah meninggal dunia. Demikian pula dengan adanya nasehat dari Nabi Musa a.s. kepada Nabi Muhammad s.a.w.

Dari sisi ini, isro Mi'roj tersebut dapat menunjukkan :
1. Sahnya pemahaman yang membenarkan menghadap Nabi Muhammad s.a.w. saat beliau telah wafat dan meminta beliau mendo'akan. Bukankah itu ditunjukkan pula dilakukan oleh para Nabi yang terdahulu yang telah meninggal dunia saat bertemu dengan Nabi Muhammad s.a.w.

2. Sahnya pemahaman yang membenarkan adanya pertemuan antara yang masih hidup dan yang telah meninggal dunia. Sekaligus sahnya apa yang dikenal dengan istilah barzakhi, yaitu belajar atau mendapatkan nasehat dari mereka yang telah meninggal dunia.

Pemahaman tersebut mungkin akan dikritik dengan ungkapan "kejadian-kejadian itu adalah mukjizat khusus untuk Nabi Muhammad s.a.w. dan tidak berlaku untuk umatnya"

Kritik ini setidaknya akan mendapatkan dua jawaban :

1. Nabi Muhammad adalah contoh teladan. Tidaklah menjadi contoh teladan, apabila apa yang beliau lakukan tidak bisa dilakukan oleh umatnya, kecuali bila memang ada dalil yang mengkhususkan bahwa itu hanya berlaku untuk Nabi Muhammad s.a.w.

2. Pada surat Al-isro ayat pertama, Allah sampaikan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. mengalami kejadian-kejadian tersebut saat dalam kedudukannya sebagai 'abdi / hamba (subhanallazi asro bi'abdihi...../maha suci Allah yang menjalankan hamba-Nya.....), bukan Nabi dan bukan Rosul. Kedudukan sebagai hamba inilah kedudukan yang sama antara Nabi Muhammad s.a.w. dengan manusia yang lain, walau dengan pencapaian kesempurnaan kehambaan yang berbeda.

Ayat tersebut tidak menunjukkan bahwa hal tersebut terjadi pada Nabi atau Rosul yang jelas tidak bisa dicapai oleh manusia yang lain. Hal yang berkaitan dengan Nabi dan atau Rosul inilah yang tidak bisa diperoleh manusia yang lain, karena tidak ada manusia lain yang menjadi Nabi dan atau Rosul setelah Nabi Muhammad s.a.w.

Nampaknya banyak yang harus kita pelajari dan kaji ulang dalam agama ini. Banyak hal yang belum kita ketahui dan pahami dengan menyeluruh. Yuk mari mengaji lagi.....

Wallohu a'lam

Selengkapnya...